Minggu, 20 Juli 2014

Ramadhan Mencekam di Negara Konflik

Oleh : Heri Samtani





Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun..
Dan Demi bukit Sinai..
(Q.S. At-Tin: 1-2)


Bulan suci Ramadhan menjadi momentum bagi kaum muslim untuk mendulang berkah. Menebarkan amal-amal shalih di muka bumi. Berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam beribadah. Namun, bulan Ramadhan di negara-negara konflik tentu takkan sama rasanya dengan bulan Ramadhan di negara-negara lain,_yang dalam situasi damai. Sebut saja Palestina, lebih dari 65 tahun, negara tersebut harus hidup di bawah kaki penjajahan zionis Israel. Beragam catatan kekejaman telah terukir di negeri Zaitun tersebut. Ramadhan tentu menjadi puncak perjuangan melawan rasa lapar. Lapar karena blokade ekonomi. Karena sekat-sekat pemisah kehidupan Palestina dengan dunia luar. Pemberlakuan jam malam yang menyiksa. Kamp-kamp pemeriksaan yang mencekam dengan senapan tentara yang selalu standby di genggaman tangan. Hingga detik ini, Palestina masih terdera di balik lambaian bendera Israel yang semakin kokoh berkibar.

Begitupun dengan Mesir yang masih menyisakan sisa-sisa konflik di batin para pendukung Mursi. Dengan naik takhtanya El-Sisi sebagai presiden baru Mesir, tentu bukan suatu hal yang menggembirakan bagi sebagian pendukung Mursi. Sang presiden baru adalah orang yang paling berpengaruh terhadap runtuhnya kekuasaan Mursi (sebagai presiden yang dipilih secara demokratis). Ramadhan di Mesir tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Dengan lentera yang menyala penuh kemeriahan dan semangat menjalani bulan Ramadhan. Apa yang terjadi di Mesir, dengan gejolak demokrasi yang ironis. Dengan pondasi keadilan yang rapuh, dan bentuk kekejaman pada ikhwanul muslimin telah menyisakan kepedihan yang mendalam.
Sementara di Suriah, bombardir pesawat tempur, rudal, artileri berat, dan hujan bom barel masih menghiasi negeri buah Tin tersebut. Rezim Al-Assad dibantu milisi Syiah dari Lebanon, Iran dan Iraq tak henti-hentinya melancarkan aksi kekejaman terhadap kaum sunni.

Mungkinkah ramadhan tahun ini akan sama dengan ramdhan sebelumnya? Ramadhan di tengah suasana mencekam. Konflik yang tak pernah usai. Dan tetes air mata pemilik negeri tak pelak menemukan muaranya. Setiap detik di Suriah bagaikan lorong menuju kematian.

Mengutip dari laman Nora News pada Ramadhan 2013 silam;

“jika anda berada di Argentina, anda akan berpuasa 5 jam, jika Anda di Swedia, anda akan berpuasa 20 jam, Jika di Afrika, anda akan berpuasa 10 jam, jika di  Perancis, anda akan berpuasa 19 jam, dan jika anda berada di Suriah, Anda akan berpuasa dan berbuka puasa di Surga,” tullis Nora News.

0 komentar:

Posting Komentar