FSI-KU Gallery

FSI-KU punya banyak kegiatan di FBS. Yuk intip kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan FSI-KU mewarnai Fakultas Bahasa dan Seni :)

#GerakanAyoMentoring

#GerakanAyoMentoring yang digalakkan oleh Dept.LCIA di FBS menuai hasil yang Subhanallah. FBS sudah ikut mentoring, bagaimana dengan kamu? Mentoring: Mencerdaskan dan Mensolehkan :)

Pengurus FSI-KU

Bismillah, Assalamulaikum teman-teman sekalian. Mau kenal siapa-siapa saja yang ada didalam kepengurusan FSI-KU FBS UNJ di masa Amanah 2013? yuk taarufan!

Budaya Muslim FBS

Sebagai Kampus Pendidikan, FBS UNJ juga harus punya Budaya Muslim. Yuk kenali apa saja Budaya Muslim di FBS dan jangan lupa dipraktekan ya bro!

Nasyid FSI-KU

FSI-KU punya Nasyid loh! Namanya Nasyid Amoeba. Yuk kenalan siapa saja sih kakak-kakak bersuara merdu ini!

Sabtu, 04 Oktober 2014

Niat Dalam Menuntut Ilmu #2





KALAM KU( Kajian Islam FSIKU)
"Niat Dalam Menuntut Ilmu Eps.2"
kamis, 2 okt 2014
oleh Ust Muhammad Ardiayansyah M.Pd.I

  • Ilmu itu mata uang yg berlaku dimana saja
  • Barang siapa yg mncari ilmu untuk akhirat maka ia akan menang dgn keutamaan yg memberi petunjuk mendapatkan kemuliaan dr Allah SWT
  • Jangan sampai mendapatkan jabatan tetapi dapat menghinakan keimanan
  • Itulah dunia, lebih sedikit dr hal yg paling sdkt, dan keasyikannya lebih hina dr hal yg hina
  • Penuntut ilmu harus menjaga diri dgn bersikap tamak (ambisius)
  • Kita boleh tamak hnya dgn 2org:
  1. org yg Allah berikan ilmu dan mengamalkannya
  2. org yg Allah berikan rizki yg ia belanjakan di jalan-Nya
  • Org sombong itu akan jatuh dgn sndrinya


Wamaa uutiitum minal 'ilmi illa qoliilan
[ Aku tidak memberikan ilmu kepadamu kecuali hanya sedikit ]

Bersambung eps. berikutnya....
see you next week di KALAM KU berikutnya,,insyaallah
mhon maaf bila ada yg salah maupun kurang berkenan,,
_fsiku fbs 2014_

Sabtu, 13 September 2014

Minggu, 27 Juli 2014

IDUL FITRI DAN HALAL BIHALAL







Ada dua hari raya yang dipandang sah dalam Islam, idul fitri dan idul adha. Sedangkan hari-hari besar Islam lain yang biasa diperingati oleh umat Islam Indonesia seperti perayaan tahun baru hijriyah, isra dan mi’raj, maulid Nabi, dan nuzulul Qur’an adalah hari raya “budaya Islam”, bukan hari raya “agama Islam”.
Jika Amerika mengenal ada perayaan “Thanksgiving Day”, yang diperingati setiap tahun pada hari Kamis keempat bulan November, oleh rakyat negeri itu dengan bersuka-ria dan bersyukur kepada Tuhan bersama keluarga, maka di Indonesia ada perayaan “idul fitri”, di mana gerak mudik rakyat Indonesia terdorong kuat untuk bertemu keluarga, ayah-ibu, sanak-saudara yang dikemas dalam budaya silaturrahim dan halal bi halal. 

Makna Idul Fitri
Idul fitri terdiri dari kata ‘id dan al-fithr. Kata ‘id berasal dari akar yang sama dengan kata-kata ‘awdah atau ‘awdatun, ‘aadah atau ‘aadatun dan isti’aadatun. Semua kata tersebut mengandung makna asal “kembali” atau “terulang”. Ungkapan bahasa Indonesia “adat-istiadat” adalah serapan dari bahasa Arab ‘aadat wa isti’aadatun yang berarti sesuatu yang selalu akan terulang dan diharapkan akan terus terulang, yakni sebagai “adat kebiasaan”. Dalam bahasa Arab, hari raya diartikan dengan ‘id, karena ia akan selalu datang kembali berulang-ulang secara periodik setiap tahun. 

Sedangkan al-fithr adalah satu akar dengan kata al-fihtrah, yang berarti “kejadian asal yang suci” atau “kesucian asal”. Secara kebahasaan, fithrah searti dengan khilqah, yaitu ciptaan atau penciptaan. Allah sebagai Maha Pencipta adalah makna dari kata al-Khaliq atau al-Fathir. Dalam perkembangannya, istilah al-fithrah kemudian berarti “penciptaan yang suci”. Dalam pengertian ini, kata Nurcholis Madjid (2000), semua segi kehidupan seperti makan, minum, tidur dan apa saja yang wajar, tanpa berlebihan, pada manusia dan kemanusiaan adalah fithrah. Semua itu bernilai kebaikan dan kesucian karena semuanya itu berasal dari desain penciptaan Tuhan. Karena itu, berbuka puasa atau “kembali makan dan minum” setelah tadinya berpuasa juga disebut ifthar, yang secara harfiah dapat diartikan “memenuhi fitrah” yang suci dan baik. Dengan perkataan lain, makan dan minum adalah baik dan wajar pada manusia, merupakan bagian dari fitrahnya yang suci. Dari sudut pandang ini dapat dimengerti mengapa Islam tidak membenarkan manusia berusaha menempuh hidup suci dengan meninggalkan hal-hal yang wajar seperti makan, minum, tidur, berumah tangga dan lain sebagainya. Dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Saya mendengar bahwa kamu (Abdullah bin ‘Amr bin As) puasa sepanjang siang hari dan bangun untuk selalu salat malam? Benar, Ya Rasulullah. Beliau kemudian mengingatkan dengan sabdanya: “Janganlah berbuat begitu, berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah untuk salat malam, karena sesungguhnya bagi tubuhmu ada hak, bagi kedua matamu ada hak, bagi isterimu ada hak dan bagi tamu juga ada hak”. Hadis ini menerangkan bahwa segala tindakan manusia yang meninggalkan kewajaran hidup manusia adalah tindakan melawan fitrah. 

Berangkat dari pemahaman tentang arti idul fitri tersebut, dalam perayaan idul fitri -setelah selesai berpuasa selama bulan Ramadan- terkandung makna kembali kepada hakikat yang wajar dari manusia dan kemanusiaan, yaitu wajar untuk memenuhi keperluan makan dan minum sampai kembalinya manusia kepada fitrah dalam arti mentauhidkan Allah dan hanya ingin berbuat yang baik dan benar. 
Fitrah terkait dengan hanif, artinya suatu sifat dalam diri manusia yang cenderung memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Nabi saw bersabda:

الْبِرُّ مَااطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ، وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ 

Kebaikan itu adalah sesuatu yang membuat hati dan jiwa merasa tenang, sedangkan dosa adalah sesuatu yang membuat hati gelisah dan menimbulkan kebimbangan dalam dada (HR. Ahmad dan lain-lain. Syekh Al-Albani menilai hadis ini hasan) 

Hadis tersebut menerangkan bahwa perbuatan dosa adalah tindakan yang bertentangan dengan hati nurani, tidak sesuai dengan fitrah yang suci. Karena itu, idul fitri dapat berarti kembali kepada hati nurani, yang hanya cenderung kepada kebaikan dan kebenaran sesuai dengan fitrahnya. Keadaan ini hanya bisa diraih oleh orang yang benar-benar telah melatih dirinya dengan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Nabi Saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melaksanakan ibadah puasa atas dasar iman dan penuh perhitungan, maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat (HR. al-Bukhari dan Muslim) 

Idul fitri berarti kembali kepada kesucian. Kesucian, kata Quraish Shihab (1992), adalah gabungan tiga unsur: benar, baik dan indah. Sehingga, seseorang yang ber-idul fitri dalam arti “kembali ke kesuciannya” akan selalu berbuat yang indah, baik dan benar. Bahkan lewat kesuciannya itu, ia akan memandang segalanya dengan pandangan positif. Ia akan selalu mencari sisi-sisi yang baik, benar dan indah. Mencari yang indah melahirkan seni, mencari yang baik menimbulkan etika dan mencari yanag benar menimbulkan ilmu. Dengan pandangan demikian, ia akan menutup mata terhadap kesalahan, kejelekan dan keburukan orang lain. Kalaupun itu terlihat, selalu dicarinya nilai-nilai positif dalam sikap negatif tersebut. Dan apabila hal itu tak ditemukannya, ia akan memberinya maaf bahkan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan. 

Menyambut Idul Fitri
Idul fitri adalah hari raya umat Islam setelah selesai melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Idul fitri artinya kembali kepada kesucian (fitrah). Setiap pribadi muslim yang telah menyelesaikan ibadah puasa dengan dasar iman dan penuh perhitungan, ia akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.( HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Untuk mengagungkan dan memarakkan suasana idul fitri, disunnahkan : 

Pertama, mengagungkan asma Allah dengan melaksanakan “takbiran”, yakni mengumandangkan takbir, tahmid dan taqdis, mulai dari terbenamnya matahari pada malam iduli fitri hingga shalat iduli fitri dilaksanakan; Contoh lafal takbir menurut riwayat Umar dan Ibn Mas’ud (baca Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, I/275) adalah sebagai berikut:

أَللهُ اَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar. Bagi Allahlah segala puji

Kedua, Pada saat hari raya idul fitri di sunnahkan melakukan hal-hal sbb: a). Mandi besar, sebelum shalat idul fitri; b). Memakai pakaian yang baik dan sopan disertai harum-haruman; c). Makan dan minum sekedarnya sebelum berangkat menuju ke tempat shalat idul fitri, sebagai tanda bahwa hari itu sudah tidak puasa; d). Menempuh perjalanan menuju tempat shalat dan kembali dari shalat melalui jalan yang berbeda; e). Melaksanakan shalat sunnah idul fitri dua rakaat secara berjamaah di lapangan; f). Mengadakan silaturrahim (halal bi halal) antara satu dengan yang lain, setelah shalat idul fitri. Dan bila bertemu antara satu dengan yang lain dianjurkan mengucapkan : 

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

“Semoga Allah berkenan menerima amal-amal kita”
(Sabiq, Fiqhus Sunnah, Vol. I, 274. Baca juga al-Albani, Tamamul Minnah, 335)

Halal bi Halal

Halal bi halal adalah sebuah tradisi yang sudah mengakar di negeri ini. Pelaksanaannya biasa dilakukan setelah shalat idul fitri atau dalam suasana lebaran. Inti dari kegiatan halal bi halal ini adalah sama dengan silaturrahim.
Jika dilihat dari asal-usul istilah halal bi halal, memang tidak ditemukan dalam al-Qur’an maupun al-Hadits. Bahkan dalam kamus bahasa Arab pun tidak ada istilah halal bi halal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka terdapat keterangan bahwa halal bihalal adalah acara maaf-memaafkan pada hari lebaran. Atas dasar ini, maksud halal bihalal sesuai dengan istilah bahasa Indonesia adalah untuk menciptakan suasana saling memaafkan antara satu dengan yang lain (Tim Penyusun Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989 hal, 293). 


Berdasarkan maksud penyelenggaraan halal bi halal tersebut, ada ulama yang berusaha melakukan identifikasi mengenai asal-usul istilah halal bi halal ini. Menurutnya, istilah halal bi halal ini mungkin diambil dari ungkapan sabda Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari sbb:“Barangsiapa melakukan penganiayaan (kesalahan) terhadap orang lain, baik menyangkut kehormatan ataupun yang lain, maka hendaknya pada saat itu juga minta dihalalkan/dimaafkan”. (HR. Al-Bukhari)

Pada hadis tersebut terdapat ungkapan bahasa Arab “fal yatahallalhu”, yang artinya hendaknya minta dihalalkan atau dimaafkan. Kata-kata inilah yang diambil oleh ulama Indonesia tempo dulu dalam rangka menciptakan suatu momen di mana antara satu orang dengan yang lain bisa saling memaafkan. Istilah saling halal menghalalkan ini kemudian didekatkan dengan kaidah bahasa Arab sehingga menjadi halal bi halal. 

Dengan demikian, halal bi halal bukanlah asli istilah dari Arab, tetapi sengaja dibuat oleh ulama Indonesia dengan menggunakan kosakata Arab.
Sebenarnya perintah untuk saling halal-menghalalkan atau maaf-memaafkan antara satu dengan yang lain, bukanlah hanya pada saat lebaran atau dalam suasana idul fitri saja, akan tetapi berlaku sepanjang waktu, kapan saja, di mana saja bilamana telah melakukan kesalahan atau penganiayaan kepada orang lain. Imam al-Kahlani al-Shan’ani dalam kitabnya “Subul al-Salam” mengatakan bahwa berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari tersebut menunjukkan “wujub al-istihlal”, yakni kewajiban meminta maaf kepada orang yang didzalimi. 

Mengenai ditempatkannya acara halal bi halal pada suasana lebaran atau suasana idul fitri, hal ini ada hubungannya dengan amalan ibadah puasa. Salah satu bukti orang yang berhasil melakukan ibadah puasa adalah munculnya sikap atau kepribadian yang positif, di antaranya adalah suka memaafkan kepada orang lain. Nah, dengan melakukan halal bi halal yakni saling memaafkan antara satu dengan yang lain, diharapkan hal itu menjadi salah satu bukti keberhasilan ibadah puasanya. Orang inilah yang insya Allah akan benar-benar dapat menikmati hakikat ber-idul fitri.

Hukum Takbiran [Takbir Jama'i]


Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah

Saya telah menelaah apa yang disebarkan oleh Fadhilah Al-Akh Syaikh Ahmad bin Muhammad Jamal –semoga Allah menujukannya kepada yang diridhai-Nya. Yaitu yang dimuat di sebagian Koran lokal, tentang penilaiannya yang menganggap aneh pelarangan takbir jama’i di masjid-masjid sebelum shalat Ied, dengan anggapan bahwa amalan ini merupakan bid’ah yang wajib dilarang. Syaikh Ahmad dalam makalahnya tersebut berusaha untuk memberikan dalil, bahwa takbir jama’i bukan bid’ah dan tidak boleh dilarang. Dan pandangannya ini di dukung oleh sebagian penulis lain.
Karena khawatir persoalan ini menjadi kabur bagi orang yang tidak mengetahui hakikat masalahnya, maka saya ingin menjelaskannya. Bahwasanya hukum asal takbir pada malam Ied, sebelum shalat Iedul Fithri, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan pada hari-hari tasyriq merupakan amalan yang di syariatkan pada waktu-waktu yang utama ini. Pada amalan tersebut terdapat keutamaan yang banyak, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang takbir Iedul Fithri.
“Artinya : Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu dan agar kamu bersyukur” [Al-Baqarah : 185]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan pada hari-hari tasyriq.
“Artinya : Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka, dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang dimaklumkan (ditentukan) atas rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak” [Al-Hajj : 28]
Dan firman Allah Azza wa Jalla.
“Artinya : Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang ma’dudat (yang berbilang)” [Al-Baqarah: 203]
Diantara dzikir yang masyru pada hari-hari yang ma’lumat (ditentukan) dan hari-hari yang ma’dudat (yang berbilang) ini ialah takbir muthlaq dan takbir muqayyad, sesuai yang ada dalam sunnah muthahharah dan pengamalan salaf.
Dan sifat takbir yang masyru, ialah setiap muslim bertakbir dan mengeraskan suaranya sehingga orang-orang mendengarkan takbirnya, lalu merekapun mencontohnya dan ia mengingatkan mereka dengan takbir.
Adapun takbir jama’i yang mubtada’ (yang bid’ah), ialah adanya sekelompok jama’ah –dua orang atau lebih banyak- mengangkat suara semuanya. Mereka memulai bersama-sama dan berakhir bersama-sama dengan satu suara serta dengan cara khusus.
Amalan ini tidak mempunyai dasar serta tidak ada dalilnya. Hal seperti itu merupakan bid’ah dalam cara bertakbir. Allah tidak menurunkan dalil keterangan untuknya. Maka, barangsiapa yang mengingkari cara takbir yang seperti ini, berarti dia berpihak kepada yang haq, karena sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Barangsiapa yang mengamalkan amalan yang tidak berlandaskan perintah kami, maka amalan itu ditolak”.
Maksudnya : Tertolak dan tidak masyru
Dan karena sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Waspadalah terhadap segala urusan yang diada-adakan, karena semua yang diada-adakan adalah bid’ah dan semua bid’ah sesat”.
Dan takbir jama’i diada-adakan, maka amalan ini bid’ah. Amalan manusia jika menyalahi syari’at, maka wajib diingkari. Karena ibadah bersifat tauqifiyyah. Yaitu ibadah itu tidak disyariatkan, kecuali yang tercakup dalam dalil Al-Kitab dan As-Sunnah. Adapun perkataan dan pendapat manusia, maka tidak ada nilai hujjahnya jika menyalahi dalil-dalil syar’i. Begitu juga al-mashlahah al-mursalah, ibadah tidak bisa ada dengan berpatokan padanya. Karena ibadah hanya ditetapkan dengan nash dari Al-Kitab dan As-Sunnah serta ijma’ yang qath’i.
Yang disyariatkan ialah setiap muslin bertakbir sesuai dengan cara yang masyru, yang sah berdasarkan dalil-dalil syar’i. Yaitu dengan cara sendiri-sendiri (masing-masing).
Takbir jama’i telah diingkari. Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Mufti Saudi rahimahullah telah melarang takbir jama’i. Beliau telah mengeluarkan fatwa larangan ini. Dan telah keluar dari saya sendiri lebih dari satu fatwa larangan takbir jama’i. Dan telah keluar fatwa larangan takbir jama’i dari Komite Tetap Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa.
Syaikh Hammud bin Abdillah At-Tuwaijiri rahimahullah telah menyusun risalah yang sangat bagus tentang pengingkaran takbir jama’i dan pelarangannya risalah ini sudah dicetak dan tersebar. Dalam risalah itu terdapat dalil-dalil pelarangan takbir jama’i yang memadai serta memuaskan, Alhamdulillah
Adapun yang dijadikan hujjah oleh Syaikh Ahmad, yaitu perbuatan Umar Radhiyallahu ‘anhu dan orang-orang di Mina, maka tidak ada hujjah-nya. Karena amalan Umar Radhiyallahu ‘anhu dan amalan orang-orang di Mina bukan termasuk takbir jama’i, tetapi itu merupakan takbir yang masyru’. Yaitu karena Umar Radhiyallahu ‘anhu mengeraskan suaranya dengan takbir untuk mengamalkan sunah, dan untuk mengingatkan orang-orang terhadap sunnah ini, sehingga merekapun ikut bertakbir. Setiap orang bertakbir menurut keadaannya, dan tidak ada kebersamaan antara mereka dengan Umar Radhiyallahu ‘anhu untuk mengeraskan suara takbir dengan satu suara dari awal sampai akhir takbir seperti halnya cara orang-orang yang melakukan takbir jama’i pada zaman sekarang ini. Begitulah semua cara takbir yang diriwayatkan dari As-Salaf Ash-Shalih rahimahullah dalam semua takbir, seperti cara yang disyari’atkan. Barangsiapa yang mempunyai anggapan yang menyalahi cara tadi, maka ia wajib mendatangkan dalil.
Seperti itu juga hukum nida (panggilan/himbauan) untuk shalat Ied, shalat tarawih, qiyamullail atau witir. Semuanya bid’ah dan tidak ada asal (dalil)nya.
Dan telah sah dalam hadits-hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau shalat Ied tanpa ada adzan dan tanpa iqamat. Sepengetahuan kami tidak ada ahlul ilmi yang mengatakan adanya nida (panggilan/himbauan) tertentu, sehingga ia wajib menunjukkan dalil. Dan hukum asalnya adalah “tidak ada”. Maka, seseorang tidak boleh mensyariatkan suatu ibadah berupa perkataan atau perbuatan, kecuali dengan dalil dari Kitab Al-Aziz atau dari As-Sunnah yang shahih, atau ijma ahlul ilmi –seperti yang sudah disebutkan. Karena umumnya dalil-dalil syar’i melarang bid’ah-bid’ah, serta memerintahkan untuk mewaspadainya. Diantaranya firman Allah.
“Artinya : Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka dien yang tidak diizinkan oleh Allah?” [As-Syura : 21]
Termasuk diantara dalil-dalil ini ialah kedua hadits yang disebutkan tadi, termasuk sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Barangsiapa yang mengamalkan amalan yang tidak berlandaskan perintah kami, maka amalan itu ditolak”.
Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam khutbah Jum’at.
“Artinya : Amma ba’du. Maka sesungguhnya sebaik-baik hadits adalah kitab Allah. Sebaik-baik ajaran adalah ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sesungguhnya sejahat-jahat urusan ialah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah adalah sest”
Hadits-hadits serta atsar-atsar yang semakna dengan ini banyak.
Kepada Allah semata (kita) memohon, agar Dia menunjukkan kepada kami dan Syaikh Ahmad serta semua ikhwan kita untuk memahami dienNya. Serta tetap berpegang padanya. Dan semoga Dia mejadikan kita semua termasuk ke dalam golongan du’at yang menyerukan ajaran Allah dan membela kebenaran. Dan supaya Dia melindungi kita serta semua kaum muslimin dari segala sesuatu yang menyalahi syariatNya. Sesungguhnya Dia Maha Baik, lagi Maha Mulia.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VI/1423H/2003M, Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo – Solo 57183]

Tips-tips Seputar Mudik Lebaran















TIPS PERSIAPAN MUDIK





1.    Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sebelum berangkat.

2.    Jangan melakukan perjalanan dalam keadaan lapar, sebisa mungkin makan dulu sebelum berangkat.

3.    Jangan memakai baju yang ketat, pakailah baju yang agak longgar.

4.    Sehari sebelum mudik, usahakan mengkonsumsi makanan bergizi, perbanyak unsur Karbohidrat dan Protein yang merupakan sumber tenaga.

5.    Siapkan bekal makanan yang tahan lama, minuman manis yang selalu hangat.

6.    Tanggulangi terlebih dahulu penyakit ringan, bawalah obat-obatan seperlunya.


TIPS SELAMA PERJALANAN MUDIK


1.    Usahakan jangan merokok, karena dapat menyebabkan kekurangan Oksigen.

2.    Hindari Alkohol untuk mencegah dehidrasi.

3.    Perbanyak minum air putih.

4.    Gerakkan otot betis dan kaki secara teratur, kencangkan dan kendurkan, otot-otot pantat dan perut untuk mendorong darah kembali ke jantung.

5.    Angkatlah kedua tumit, bola kaki tetap berada di lantai, kemudian kembali ke posisi semula.

6.    Kedua tumit tetap tinggal di lantai, angkat kedua bola kaki, kembalikan ke posisi awal.

7.    Luruskan kaki sejauh ruangan yang ada dan memungkinkan.

8.    Kencangkan otot-otot paha bagian depan, tahan selama 2-3 detik, lalu kembali ke posisi awal.

9.    Tekankan kedua otot betis Anda ke tempat duduk bagian depan, kencangkan otot-otot di bagian belakang dari paha, tahan 2-3 detik, kemudian kembali ke posisi awal.

10.  Usahakan pinggang Anda ditekankan dengan kuat pada tempat duduk, tariklah otot-otot perut ke dalam, tahan selama 2-3 detik, kemudian kembali ke posisi awal.

11.  Tekankan otot-otot pantat sekuat yang Anda mampu pada tempat duduk selama 2-3 detik, kemudian kembali ke posisi awal. Geser berat badan dari kanan ke kiri dari pantat Anda, ayunkan ke belakang dan ke depan selama 5-10 detik.

12.  Gerakkan pinggang ke depan sehingga terjadi lengkungan pada pinggang.

13.  Tekankan pinggang ke tempat duduk dan pinggul didorong ke depan.




TIPS MUDIK BAGI PENGEMUDI


1.    Jangan paksakan menyetir saat mata terasa lelah.

2.    Bila merasa capai, cari tempat untuk memarkir kendaraan dan istirahatlah.

3.    Usahakan tidur minimal 15 menit.

4.    Iringi selama perjalanan dengan musik.
Banyak minum air putih dan usahakan jangan merokok.


TIPS MUDIK AMAN DENGAN MOBIL PRIBADI


1.    Hal pertama yang perlu dipersiapkan yaitu cek kondisi tekanan angin ban, kemudian air radiator, wiper, dan air aki. Setelah itu, periksa juga sistem kelistrikan pastikan dalam kondisi baik. Jangan lupa periksa juga oli mesin, power steering, dan minyak rem, serta karet-karet mobil hingga fan belt.

2.    Untuk selalu waspada persiapkan juga ban serep, dongkrak beserta pemutarnya, berbagai kunci, obeng (plus dan minus), kunci busi, kunci inggris, segitiga pengaman, senter, dan peta perjalan. Selain itu, Anda juga jangan melupakan surat kelengkapan seperti SIM dan STNK.

3.    Pastikan kondisi pengemudi tetap prima. Jika mengantuk, jangan sekali-kali mencoba mengemudi, dan sebaliknya saat mengemudi jangan sampai mengantuk.

4.    Saat melakukan perjalanan, gunakan sabuk pengaman. Selain itu, untuk wanita hamil terutama menginjak tujuh bulan disarankan jangan menjadi pengemudi. Hal itu dikarenakan kondisi perut yang sudah membesar, sehingga dapat membuat ibu hamil kurang gesit saat melakukan manuver, serta kurang aman dan nyaman menginjak pedal rem dan gas.
Jarak aman bukan dipatok dari hitungan meter, tetap bisa dipertimbangkan selisih waktu tiga detik karena waktu tersebut merupakan selang antara respon pengemudi dengan respon mesin mobil saat melakukan pengereman. Penting diingat, respon manusia lebih lambat dibandingkan reaksi mekanik pengereman.


TIPS AMAN MENINGGALKAN RUMAH SAAT MUDIK


1.     Hindari hal-hal yang dapat menunjukan bahwa rumah Anda kosong agar tidak menarik perhatian si pencuri. Tindakan tersebut misalnya dengan meminta kepada agen koran untuk tidak mengirimkan koran selama Anda pergi, menggunakan lampu otomatis yang dapat mati dan menyala sendiri dengan di setting terlebih dahulu waktu yang diinginkan. Selain itu cara lainnya adalah dengan meletakkan sandal/sepatu didepan pintu rumah.

2.     Jangan biarkan barang-barang berharga seperti uang cash dan perhiasan diletakkan di lemari rumah. Sebaiknya uang dan perhiasan ditaruh di bank agar lebih aman.

3.     Pastikan semua pintu dan jendela terkunci sebelum meninggalkan rumah.

4.     Matikan semua listrik yang tidak digunakan, PAM, dan cabut selang gas serta kompor untuk menghindari arus pendek yang dapat mengakibatkan kebakaran.

5.     Titipkan rumah kita ke tetangga yang tidak mudik atau informasikan kepada petugas keamanan dilingkungan rumah. 

6.     Pasang alarm untuk mencegah masuknya pencuri ke rumah kita.



7.     Jika perlu, pasang camera tersembunyi di titik tertentu seperti kamar tidur dan ruang keluarga selama Anda bepergian. Selamat bermudik ria!




Minggu, 20 Juli 2014

Menilik Tayangan TV di Bulan Ramadhan


Oleh: Heri Samtani

Ramadhan seringkali menjadi momen bagi acara-acara di stasiun TV untuk bermetamorfosis. Mengubah genre acara menjadi terkesan lebih Islami. Mulai dari acara lawakan sampai acara sinetron tak luput diberi bumbu-bumbu religi. Semua dikemas dengan nuansa Islami ala Ramadhan. Tidak tanggung-tanggung, acara TV berlomba-lomba untuk jadi yang terdepan dan paling menghibur di jam-jam sahur dan berbuka.
Ramadhan seolah menjadi ajang komersial. Karena pada hakikatnya nyawa sebuah program televisi terletak pada periklanan (advertasi). Semakin menarik dan berada pada puncak rating, sebuah acara akan kebanjiran sponsor. Maka tidak jarang, visi sebuah acara lebih mengarah pada suatu hal yang bersifat komersial, dengan mengesampingkan nilai-nilai keIslaman yang lebih kuat.

Sebut saja misalnya, acara lawak, yang tampak mendominasi layar kaca di sepanjang bulan suci Ramadhan. Hampir semua acara lawak dibubuhi kuis yang berdaya persuasif-konsumtif tinggi dengan pertanyaan-pertanyaan Islami yang klise. Selain itu, acara lawak sendiri akhir-akhir ini tengah mendapat peringatan keras dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Memang acara lawak yang biasa menghadirkan sejumlah guyonan slapstik dan seringkali berisi celaan pada kaum difabel, orang tua dan mengumpat kemiskinan. Tayangan semacam ini rasanya kurang pantas jika disisipkan dalam menu hiburan menjelang berbuka dan saat sahur.
Selain itu, tayangan sinetron juga lebih marak di bulan suci ramadhan. Dengan kemasan yang lebih Islami. Meskipun porsi religiusitasnya kurang ditonjolkan. Dan justru lebih menekankan unsur hiburan. Sehingga tidak jarang, sinetron Islami hanya sebatas kemasan luarnya saja yang Islami, dan belum mampu menyajikan unsur dakwah yang sesuai harapan pemirsa.

Hal yang paling ironis seputar tayangan TV di bulan Ramadhan adalah masih bermunculannya acara infotainment. Meskipun dengan penambahan porsi berita seputar ramadhan yang insya Allah jauh dari kemudharatan, namun, porsi gosip (ghibah-nya) masih mendominasi.

Akhir-akhir ini, mulai bermunculan sejumlah ajang pencarian bakat yang ditayangkan selama bulan Ramadhan. Kehadirannya cukup memberikan motivasi baru dan menggugah semangat untuk lebih banyak mengkaji nilai-nilai agama Islam. Bahkan, acara pencarian bakat penghafal (hafidz) Qur’an yang ditayangkan pada salah satu stasiun TV swasta sanggup memberikan tamparan keras di batin kaum muslimin. Selain itu, banyak juga bermunculan tayangan yang mengkaji peradaban Islam dan memberikan informasi bernilai historis.

Apapun bentuk tayangan di stasiun TV selama Ramadhan, sudah sepantasnya kita bersifat selektif. Jangan sampai terjerat dalam lingkar hiburan yang kurang berfaedah. Jangan sampai hiburan melenyapkan detik-detik kita untuk beramal shaleh di bulan yang penuh berkah ini. Di bulan yang telah lama kita rindukan.
Allah berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا


Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 36)

Ramadhan Mencekam di Negara Konflik

Oleh : Heri Samtani





Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun..
Dan Demi bukit Sinai..
(Q.S. At-Tin: 1-2)


Bulan suci Ramadhan menjadi momentum bagi kaum muslim untuk mendulang berkah. Menebarkan amal-amal shalih di muka bumi. Berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam beribadah. Namun, bulan Ramadhan di negara-negara konflik tentu takkan sama rasanya dengan bulan Ramadhan di negara-negara lain,_yang dalam situasi damai. Sebut saja Palestina, lebih dari 65 tahun, negara tersebut harus hidup di bawah kaki penjajahan zionis Israel. Beragam catatan kekejaman telah terukir di negeri Zaitun tersebut. Ramadhan tentu menjadi puncak perjuangan melawan rasa lapar. Lapar karena blokade ekonomi. Karena sekat-sekat pemisah kehidupan Palestina dengan dunia luar. Pemberlakuan jam malam yang menyiksa. Kamp-kamp pemeriksaan yang mencekam dengan senapan tentara yang selalu standby di genggaman tangan. Hingga detik ini, Palestina masih terdera di balik lambaian bendera Israel yang semakin kokoh berkibar.

Begitupun dengan Mesir yang masih menyisakan sisa-sisa konflik di batin para pendukung Mursi. Dengan naik takhtanya El-Sisi sebagai presiden baru Mesir, tentu bukan suatu hal yang menggembirakan bagi sebagian pendukung Mursi. Sang presiden baru adalah orang yang paling berpengaruh terhadap runtuhnya kekuasaan Mursi (sebagai presiden yang dipilih secara demokratis). Ramadhan di Mesir tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Dengan lentera yang menyala penuh kemeriahan dan semangat menjalani bulan Ramadhan. Apa yang terjadi di Mesir, dengan gejolak demokrasi yang ironis. Dengan pondasi keadilan yang rapuh, dan bentuk kekejaman pada ikhwanul muslimin telah menyisakan kepedihan yang mendalam.
Sementara di Suriah, bombardir pesawat tempur, rudal, artileri berat, dan hujan bom barel masih menghiasi negeri buah Tin tersebut. Rezim Al-Assad dibantu milisi Syiah dari Lebanon, Iran dan Iraq tak henti-hentinya melancarkan aksi kekejaman terhadap kaum sunni.

Mungkinkah ramadhan tahun ini akan sama dengan ramdhan sebelumnya? Ramadhan di tengah suasana mencekam. Konflik yang tak pernah usai. Dan tetes air mata pemilik negeri tak pelak menemukan muaranya. Setiap detik di Suriah bagaikan lorong menuju kematian.

Mengutip dari laman Nora News pada Ramadhan 2013 silam;

“jika anda berada di Argentina, anda akan berpuasa 5 jam, jika Anda di Swedia, anda akan berpuasa 20 jam, Jika di Afrika, anda akan berpuasa 10 jam, jika di  Perancis, anda akan berpuasa 19 jam, dan jika anda berada di Suriah, Anda akan berpuasa dan berbuka puasa di Surga,” tullis Nora News.

Jumat, 28 Maret 2014

Musyawarah Kerja FSIKU 2014



FSIKU - Sabtu, 22 Maret 2014 FSI-KU (Forum Studi Islam Khidmatul Ummah) FBS UNJ melaksanakan kegiatan Musyawarah kerja. Acara ini dibuka pukul 06.30 bertempat di Masjid Nurul Irfan UNJ, lantai dua. Acara dimulai dengan pembukaan kemudian Ust. Aceng Rahmat, selaku dekan FBS memberikan taujih dan motivasi yang luar biasa membangkitkan semangat peserta dan beliau juga mempercayakan FSI-KU untuk kegiatan dakwah di  FBS. Ust. Aceng Rahmat juga berharap FSI-KU dapat lebih berbaur dengan semua golongan di FBS. Beliau juga menerangkan tentang rencana renovasi Mushala FSI-KU . Walaupun masih pagi, para peserta sudah banyak yang datang dengan semangat. 

Semakin siang, mulai banyak peserta yang datang. Para peserta melakukan shalat dhuha dan Khatmul Quran, masing-masing peserta membaca setengah juz. 

Acara dianjutkan dengan pembacaan fokus kerja masing-masing departemen. Diawali oleh Bendahara (Himma ED'12), Biro Kestari (Mutia, ED '12), Dept. Kaderisasi (Fadhilla JBSI '11), biro wirausaha (Nindya, ED '12), dept. Syiar (Faishal JBSA '11), dept. ILC (Dini, JBSA '10) dan dept. MCNR (Nuha JBSA '11) disertai tanya jawab tentang rencana kerja masing-masing biro dan departemen. Pembacaan focus kerja semakin hidup dan khidmat ketika departemen ILC memutar video tentang dakwah yang membuat kita semakin mencintai dakwah di FSI-KU.  






Ketika masuk waktu dzuhur, acara diistirahatkan untuk shalat dan makan siang. Para peserta makan bersama di selasar MNI diliputi canda tawa, sehingga silaturahmi antar pengurus semakin bersahabat.
 

Setelah shalat dzuhur, acara dilanjutkan kembali dengan pembacaan rencana kerja dari biro Muslimah (Habibah), Mas’ulah FSI-KU (Nurul) dan Mas’ul FSI-KU (Fariz) dengan menampilkan video tentang peristiwa di Suriah yang membuat semua peserta sedih sekaligus bersemangat kembali dalam menapaki jalan dakwah yang tidak akan mudah. 

Acara dilanjutkan seusai shalat Ashar dengan sambutan dari Mas’ul FSI-KU dan ditutup dengan saran atau masukan dari MSO FSI-KU yang hadir. Setelah pembacaan do’a, acara terakhir seluruh pengurus FSI-KU berfoto bersama di depan Tugu UNJ.
Semoga dakwah ini selalu istiqomah dengan orang-orang yang punya semangat berapi-api dalam kerja FSI-KU satu tahun kedepan. Allahuakbar!