Dakwatuna.com - Adalah persepsi yang kurang tepat,
bahwa Ramadhan adalah bulan puasa. Ramadhan bukan bulan puasa. Al-Qur’an
pun tidak pernah menyebutkannya. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa
Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an,
“(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” [Al-Baqarah: 185].
Ramadhan
bukan bulan puasa, karena ibadah puasa dianjurkan juga pada bulan-bulan
yang lain. Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Karena turunnya
Al-Qur’anlah, bulan Ramadhan menjadi mulia dan istimewa. Puasa
diwajibkan untuk memuliakannya. Perlu diingat, tidak hanya ibadah puasa
yang dianjurkan di dalamnya, tapi juga ibadah-ibadah yang lain.
Ada
fenomena ketidak-seimbangan masyarakat dalam memaknai bulan Ramadhan
ketika mereka memaknainya dengan bulan puasa. Dalam sebuah hadits
disebutkan tentang keutamaan puasa,
“Orang yang berpuasa di bulan
Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala di surga, Allah swt.
akan mengampuni seluruh dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Dalam hadits yang lain disebutkan tentang keutamaan qiyamullail (tarawih),
“Orang
yang malaksanakan qiyamullail di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan
dan mengharap pahala di surga, Allah swt. akan mengampuni seluruh
dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Menanggapi
kedua hadits itu, kebanyakan orang mengatakan bahwa Ramadhan adalah
bulan puasa, dan hampir tidak ada yang mengatakan bahwa Ramadhan adalah
bulan tarawih. Padahal puasa dan tarawih sama keutamaannya dalam kedua
hadits di atas. Kedua hadits itu juga disebutkan dalam sumber yang sama,
yaitu Shahih Bukhari dan Muslim. Disebutkan dengan redaksi yang sama
(hanya berbeda antara
shaad dan
qaaf); hadits yang pertama menyebutkan
“man shaama”, sedangkan hadits yang kedua menyebutkan
“man qaama”.
Disebabkan
persepsi inilah mungkin muncul fenomena shalat tarawih yang kian hari
kian sepi. Walaupun di awal Ramadhan, masjid-masjid tidak bisa menampung
jamaah. Padahal di waktu yang sama, perhatian orang pada puasa tidak
berubah, orang tetap menjaga puasanya.
Dari sini, persepsi ini
hendaknya dirubah. Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Seluruh
kebaikan dianjurkan untuk memuliakan Al-Qur’an ini. Ada sebuah hadits
lain yang menunjukkan hal tersebut,
“Rasulullah saw. adalah orang
yang paling dermawan. Namun beliau lebih bersifat dermawan lagi di bulan
Ramadhan, ketika malaikat Jibril as. mendatanginya untuk mudarasah
Al-Qur’an.” [HR. Bukhari].
Rasulullah saw. menambah kebaikan
di bulan Ramadhan bukan karena apa-apa, tapi karena Al-Qur’an. Di setiap
bulan Ramadhan, malaikat Jibril as. selalu mendatanginya untuk
sama-sama mengulangi ayat-ayat yang sudah diturunkan. Di saat itulah
beliau lebih bersifat dermawan. Hendaknya, kitapun dapat mengoptimalkan
kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan ini. Bukan hanya dengan berpuasa,
apalagi menjadikan puasa alasan untuk bermalas-malasan dan tidak
melakukan kebaikan. Wallahu A’lam bish-shawab.