Jumat, 13 Maret 2015

Transformasi Dakwah Islam

Apa Tujuan Dakwah Kita?
Sebuah pergerakan dakwah, tentu memiliki tujuan. Memiliki goal, dan cita-cita.
"Mengajak manusia kepada penghambaan kepada Allah SWT..."
Ke siapa?.. Ke siapapun. mau dia berjilbab atau tidak berjilbab, berkoko atau tidak berkoko,bertato ataupun tidak bertato. Semua lapisan mesti dirangkul. Sesuai dengan tuntutan hidup sebagai muslim. 
Minimal ketika bertemu memberi salam, berjabat tangan, menjenguk jika ada yang sakit, dan mengurusi jenazah. Memenuhi hak-hak tersebut jangan pandang bulu. Baik dia yang kau pandang jahiliah, tetap dipenuhi haknya sebagai sesama muslim. Tidak boleh tidak peduli.
Bahkan salah satu tanda hari kiamat adalah, kaum muslimin tidak lagi memikirkan hukum waris dan mengurus jenazah. Jadi, sebagai seorang aktivis dakwah, tentunya kita harus tahu bagaimana caranya mengurus jenazah dengan cara islami.

"Zaman Saat ini, Zaman Apa?"
Pertanyaan itu dilontarkan berkali-kali oleh ustad Farid dihadapan kami yang tertunduk kikuk.  Ingin menjawab, tapi hati berkata: ahh.. takut salah..
Kemudian ia melanjutkan slidenya,
......Rekayasa Dakwah......
"saat ini adalah zaman rekayasa dakwah," ucapnya kemudian dengan tatapan mata yang paling busur.
"ketika gerakan dakwah direkayasa, maka bersiaplah! sebab bisa jadi, musuh-musuh Islam akan merekayasa gerakan kita!"
Sekarang ini, zaman ditimbulkannya perpecahan. Pemahaman-pemahaman yang tidak tahu dasarnya, gerakan-gerakan tanpa landasan Syar'i. Perlu teman-teman ketahui, gerakan dakwah di Indonesia termasuk yang paling banyak, dan dipelihara eksistensinya. Namun, seperti terkotak-kotak, tidak ampuh kendalinya.
Saat ini, dakwah beralih ke media. Era komunikasi mengubah tatanan kehidupan. Etika yang kurang menunjukkan keIslaman digelar di jejaring sosial. Dalam komunikasi maya, tidak ada tabayyun (klarifikasi) dan tidak mengenal kata saling husnuzan (berprasangka baik) antara satu dengan yang lainnya.
Efek media memang sangat besar di zaman sekarang ini. Indonesia sebagai negara besar, dinobatkan sebagai Peringkat ke-3 pengguna Facebook terbanyak, dan Peringkat ke-4 pengguna twitter terbanyak di dunia. Bahkan, DKI Jakarta diberi gelar sebagai user paling cerewet (paling sering nge-tweet) di jejaring twitter.
Memang saat ini, tokoh-tokoh publik, seperti AA Gym, Yusuf Mansur, Goenawan Moehammad, Ulil Abshar, Tifatul Sembiring, dan lainnya lebih aktif di media sosial twitter, ketimbang facebook. Hal inilah yang memunculkan stigma bahwa pengguna twitter, cenderung lebih intelek dan modern daripada medsos sebelah.
Melihat pengaruh komunikasi yang masuk melalui jejaring sosial, maka sudah sepatutnya, dakwah wajib terjun ke social media. Objek dakwah kita adalah mereka, yang saat ini banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Sebab pada dasarnya, sekarang adalah zaman era komunikasi. 
Bukti era komunikasi yang paling nyata adalah terbentuknya komunitas ODOJ (One Day One Juz), yang berawal dari media sosial, sampai akhirnya menjamur, dan puncaknya ketika mereka melakukan launching di Mesjid Istiqlal.
Intinya, kita harus tau objek dakwah kita, dan harus tau zamannya. Agar bisa dipetakan, Seperti apa metode dakwah yang harus kita usung.
Terakhir dari saya, Apa yang hari ini kita lakukan, rencanakan, coba fikirkan kembali.  Agar gerakan dakwah kita ini bertransformasi, tidak sekadar dakwah yang asal.
-Taujih ini disampaikan Ustad Farid Ardhan pada saat Musyawarah Kerja FSI-KU-
Minggu, 1 Maret 2015

-Tulisan ini dinotulensikan oleh Heri Samtani, staff mcnr fsiku 2015-

0 komentar:

Posting Komentar