Sabtu, 14 September 2013

Duka dan Bahagia

“memang amat tinggi letak kebahagiaan, tetapi kita harus terus menuju kesana. Ada orang yang berputus asa berjalan kearahnya, lantaran ia menyangka jalan kesana amat sukar. Padahal mudah, karena ia dimulai dari dirinya sendiri”

 Pengusaha tak bahagia,

Disudut tempat hiburan malam, dengan ditemani wanita-wanita cantik dan beberapa botol minuman keras, seorang pengusaha berusaha meninggalkan kegalauan pikirannya.

“aku ingin bahagia! Aku ingin bahagia!” Teriaknya bersamaan dengan aroma minuman keras yang menguap dari dalam mulutnya.

“bapak tidak perlu hawatir kami akan membahagiakan bapak malam ini”, sahut para wanita berpenampilan seksi yang bergelayut manja  dipundak sang pengusaha.

“mari pak kita lanjutkan pestanya, agar bapak benar-benar bahagia malam ini” ucap wanita yang lainnya.

Wanita-wanita itu terus menghibur dan tak henti-hentinya menuangkan minuman keras kegelas sang pengusaha. Mereka tentu berharap dapat menghibur dan mendapat upah dari sang  pengusaha. Namun slah sang pengusaha kian kacau pikirannya, sembari melempari gelas dan botol di depannya.

“Praaaang!!” sang pengusaha kembali berteriak garang. “aku hanya ingin bahagia!! Aku ingin bahagia!!” lalu ia mendorong tubuh semua wanita yang menggelayutinya hingga semuanya terjengkang ke lantai.

Melihat kekacauan ini, dengan sigap seorang pria membawanya keluar dan bertanya “apa yang bapak inginkan??”

“Aku ingin bahagia!" Jawab pengusaha singkat.

“kebahagiaan apa yang bapak inginkan?” Tanya pria itu.

“aku ingin semua proyekku sukses dan mengeruk untung yang besar. Tetapi Tuhan telah berbuat tidak adil kepadaku, semua proyekku gagal dan aku telah gagal” ratap sang pengusaha.

“saya bias membuat bapak bahagia” ujarnya kembali

“apakah engkau akan membuat proyekku kembali lancer?”

“tidak, pak! Itu semua bukan kebahagiaan. Kebahagiaan ynag haqiqi ada disini” ujar pria tersebut sambil menepuk dada sang penguasaha.

“dikeheningan malam bapak bapak akan merasakan bahagia saat bercumbu dengan Tuhan. Dengan anak dan istri, bapak akan merasakan kebahagiaan saat bercanda dan bercengkrama dengan mereka”.

Ketentraman, kedamaian, kepuasan, dan ketenangan jiwa yang dirasakan oleh orang-orang yang bahagia itu akan selalu dianungrahkan kepada yang mendekap mesra keimanan dalam dadanya. Bahkan dengan ketentraman dan kedamaian itu imannya akan bertambah dan semakin kokoh. (Dr.Hamzah Ya’kub)

0 komentar:

Posting Komentar